Awal Januari 2018 aku dengar beasiswa ini, amat menarik. ICCR (Indian Cross Cultural Relations), sebuah beasiswa dari pemerintah negara india dengan sasaran kuliah lanjutan S1, S2, dan S3. Aku niatkan diri untuk mempersiapkan berkas guna apply beasiswa ini. Dari persyaratan tes kemampuan bahasa inggris (TOEFL), Surat Rekomendasi dari Dosen, Ijazah S1, transkrip akademik dan berkas dokumen lainnya.
Akhirnya, di pertengahan bulan juni, ada pesan email masuk dan menyatakan aku sebagai Awardee dari beasiswa ini. Ucap syukur alhamdulillah setelah sekian lama statusku sebagai scholarship hunter akhirnya pecah telur juga. Ikhtiar, do’a dan tekad bulatku untuk bisa lanjut S2 di tahun 2018 ini pun menjadi kenyataan.
Setelah pengumuman ini, justru dengan deadline 1 bulan (karena perkuliahan masuk awal agustus), aku harus dengan langkah sigap segera menyelesaikan pengurusan Visa, tiket Pesawat Keberangkatan. “Bismillah, pokokke bisa,” bathinku. hehe
Cerita dibalik Pengurusan Visa
Kamis, tanggal 5 juli, aku bergegas berangkat menuju ke Jakarta, kali pertama dengan bekal persiapan ala kadarnya. Sesampai disana, Jum’at pagi, langsung segera aku menuju ke Kantor Kedutaan India yang berada di Kuningan. Disana sudah ada mbak Anggi (Officer kedutaan India di Jakarta) yang siap membantu pengurusan berkas2 dokumen visaku. And finally, Visaku satu hari pun jadi. Alhamdulillah.
Cerita dibalik Keberangkatan ke India
Selanjutnya, tiket pesawatpun sudah terbooking, tertanggal 30 Juli keberangkatanku meninggalkan negara tercinta, Indonesia. Perjalanan yang sangat panjang, berangkat dari bandara Ahmad Yani pukul 09.45 dan transit sampai di Jakarta pukul 11.30 lalu melanjutkan penerbangan internasional dari pukul 15.00 dan transit ke Singapura pukul 17.30. Lalu dengan jelang waktu yang sangat mepet sekali, lanjut penerbangan dari Singapura ke Bangalore, India sampailah disana pukul 22.00 malam. Sesampainya disana, aku dikejutkan karena Tas baggage-ku hilang!!! Ya robb, kok bisa!
Usut punya usut, ternyata tas baggage-ku tertukar dengan orang lain, karena mirip warna, bentuk, dan modelnya. Alhasil dengan kejadian ini aku harus menginap tidur di bandara dengan perasaan campur aduk, was2, tak tenang. Dengan segala ikhtiar, aku sudah laporkan kejadian ini ke pihak bandara agar segera mengusut.
Sembari menunggu, tiba2 ada pesan WA masuk dari nomer tak dikenal. Yaps. Ternyata orang nuker koperku baru sadar diri itu bukan kopernya. Lalu bagaimana dia bisa dapat nomerku? Ternyata, sebelum berangkat, ayaku telah menempelkan identitasku di sobekan kertas untuk mengatisipasi hal-hal yang seperti ini. Alhamdulillah Ya Robb.
Akupun bisa tidur tenang, meski satu jam lagi pesawat dari Bangalore ke Mangalore akan segera tiba. Singkat cerita, tanggal 31 juli pukul 08.00, aku telah tiba di Bandara Mangalore dengan disambut oleh kakak2 senior yang sudah satu tahun disana. Yahhhh. Lega rasanya perjalanan yang panjang (4 kali naik pesawat) dengan pengalaman tas koper hilang pula. Sungguh tragisss. hahaha.
Best regards,
Danang Dann